Syamsul Ma’arif,
S.Pd. M.Pd
(Guru Bahasa
Inggris MAN Jombang)
Abstrak: Makalah
ini memuat tentang laporan hasil penelitian tindakan kelas dengan memanfaatkan
media sosial facebook untuk meningkatkan kemampuan menulis teks jenis discussion
siswa kela XII MAN Jombang. Penelitian ini melibatkan siswa kelas XII IPA 3 MAN
Jombang yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang
masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pemanfaatan facebook sebagai media pembelajaran menulis dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan kemampuan ini ditandai dengan
adanya ketercapaian indikator kinerja yang telah ditentukan peneliti dan juga
peningkatan keaktifan belajar siswa.
Kata kunci: media sosial facebook, kemampuan menulis, teks discussion
A. Pendahuluan
Bahasa Inggris
merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah
memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian
yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau
menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat
keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Dedpdiknas, 2006). Keempat
keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana
dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris
diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan
mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu.
Diantara empat
ketrampilan bahasa tersebut ketrampilan menulis termasuk dalam productive skill. Dalam ketrampilan ini
produk tulisan siswa menjadi sebuah target akhir dari proses pembelajaran.
Menurut Duin (1986) kemampuan menulis penting untuk diajarkan karena tulisan
dapat menjadi alat untuk menyampaikan ide, gagasan, dan pesan ke pembaca dengan
tujuan tertentu. Disamping itu dengan tulisan kita dapat menjelaskan dan
mendiskripsikan sesuatu kepada seseorang yang jauh dari kita.
Ketrampilan
menulis merupakan ketrampilan yang jarang diajarkan pada peserta didik baik
ditingkat MTs atau MA. Ada bebarapa alasan mengapa ketrampilan menulis sering
diabaikan oleh guru. Pertama, Guru kesulitan dalam merencanakan dan mengajarkan
ketrampilan ini. Kedua ketrampilan menulis tidak diujikan dalam semester atau
ujian akhir. Ketiga, guru lebih sering disibukkan dengan menerangkan dan
menjelaskan bagian-bagian (generic structure) dari sebuah teks dibanding dengan
mengaplikasikannya dalam sebuah tulisan siswa. Terakhir, pembelajaran
ketrampilan menulis sangat menyita waktu baik dalam prosesnya dan juga dalam
pemberian umpan balik.
Berhubungan
dengan alasan kenapa ketrampilan menulis sering diabaikan oleh guru, Alwasilah
(2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa dalam budaya Indonesia literasi
belum diartikan sebagai “kemampuan untuk membaca dan menulis” tapi masih
diartikan sebatas “kemampuan untuk membaca”. Selain itu, guru lebih banyak
menghabiskan waktu yang telah mereka alokasikan untuk menerangkan grammar daripada mengajarkan ketrampilan menulis itu
sendiri. Alasan lain yang dia temukan adalah guru sering mengeluh dengan kelas
besar yang mereka ajar. Hal ini menjadikan guru tak mungkin mengoreksi hasil
pekerjaan siswa secara efektif.
Ketidakmampuan
menulis diyakini sebagaian besar orang disebabkan karena kegagalan pengajaran
ketrampilan menulis disekolah-sekolah. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
pengajaran menulis selama ini hanya menitikberatkan pada pengajaran tata bahasa
atau tata cara menulis, bukan mengarahkan peserta didik pada untuk banyak
menulis. Hasilnya, sekalipun anak didik sudah sekian lama memperoleh pengajaran
menulis, tapi mereka hanya menguasai teori, dalil, atau prinsip-prinsip cara
menulis.
Berdasarkan pengamatan
penulis, kemampuan menulis siswa kelas XII MAN Jombang secara umum masih lemah.
Salah satu indikatornya adalah masih rendahnya kwalitas tulisan siswa baik
dalam hal tata bahasa, dan pengembangan dan pengorganisasian ide hal ini
menyebabkan perolehan nilai ketrampilan menulis siswa masih rendah.
Disamping itu, penulis juga
menemukan masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan. Pertama, siswa merasa
kesulitan untuk memulai menulis sebuah tulisan sederhana yang berhubungan
dengan topic yang sedang mereka pelajari. Hal ini membuat mereka manghabiskan
waktu yang lama hanya untuk memulai menulis sebuah paragraf sederhana.
Disamping itu, mereka merasa kesulitan untuk menemukan dan mengorganisir ide
yang berhubungan dengan topic bahasan. Kedua, Mereka merasa kesulitan untuk
mengembangkan sebuah paragraf yang terpadu sehingga tulisan mereka sulit untuk
dipahami. Ketiga, kebanyakan kalimat-kalimat yang mereka tulis dalam tulisan
mereka tidak menyatu dan berhubungan dengan ide utamanya. Keempat, masih
banyaknya kesalahan gramatikal dalam karangan mereka. Terakhir, siswa cenderung
tidak aktif dan tidak punya motivasi dalam pengajaran writing karena mereka
merasa kesulitan.
Ada beberapa faktor yang menjadi sebab munculnya masalah-masalah
diatas. Faktor pertama, kurangnya porsi pengajaran ketrampilan menulis dikelas
dibanding dengan ketrampilan lain seperti membaca dan membahas tata bahasa.
Kedua, dalam memberikan tugas menulis guru terkadang tidak memberikan contoh
dan bimbingan bagaimana menuangkan ide dan mengembangkannya pada setiap proses
menulis. Hal ini menyebabkan pembelajaran ketrampilan menulis hanya bertumpu
pada hasil (product oriented) bukan
pada proses (proccess oriented). Terakhir, guru tidak berusaha untuk
menggunakan strategy atau media pembelajaran tertentu sehingga pembelajaran
terkesan monoton dan membuat siswa cepat bosan.
Berdasarkan
fakta-fakta diatas mendorong penulis untuk mencari solusi pemecahan masalah
yang dapat memotivasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan menulis mereka.
Adapun strategy yang akan diterapkan oleh penulis untuk memecahkan masalah
diatas adalah dengan pemanfaatan media sosial facebook. Media sosial Facebook
merupakan media sosial yang sangat terkenal dan banyak siswa yang sudah memiliki
akun facebook. Aplikasi facebook sangat mudah dibuka baik menggunakan komputer,
laptop, ataupun HP. Dengan memanfaatkan facebook sebagai media pembelajaran
menulis diyakini proses pembelajaran menulis akan lebih menarik dan dapat
memotivasi siswa.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan strategy pembelajaran dengan memanfaatkan media sosial facebook untuk meningkatkan
kemampuan menulis teks discussion siswa kelas XII IPA 3 di MAN
Jombang. Secara teoritis
penelitian ini memiliki diharapkan bermanfaat untuk : (1) menambah literatur pendidikan, terutama berkait dengan upaya
meningkatkan prestasi kemampuan menulis siswa dalam bahasa Inggris, (2)menjadi referensi bagi
penelitian-penelitian sejenis sesudahnya. Adapun secara
praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : (1) sebagai rujukan,
panduan, dan cara alternatif bagi para guru dalam mengajarkan kemampuan menulis
dalam bahasa Inggris, (2) sebagai rujukan dan panduan bagi para siswa untuk mengatasi
kesulitan mereka dalam mengembangkan kemampuan menulis dalam pelajaran bahasa
Inggris.
B. Kajian Pustaka
1. Hakikat Menulis
Menulis
merupakan kegiatan yang dianggap paling sulit.
Menurut Stone (1990:11) menulis merupakan kemampuan yang komplek bagi
siswa ketika mereka menuangkan ide dan gagasannya kedalam bantuk tulisan. Ketrampilan
menulis bukan hanya kemampuan penulis berkomunikasi dengan pembaca tetapi juga
kemampuan penulis menuangkan apa yang ada dalam pikirannya kedalam bentuk
tulisan (Byrne, 1984). Maka dari itu untuk menjadi penulis yang baik harus
dapat menghubungkan pikiran dan imaginasinya dengan audiens dan pembacanya.
Menurut Harmer (2004) ketrampilan menulis sangat bermanfaat untuk
kegiatan lain juga. Contohnya, ketika dalam sebuah diskusi, pembicara akan
menulis beberapa kalimat/paragraf dengan harapan ide dan gagasan yang akan
disampaikan dapat mudah diikuti dan dipahami. Ketika seseorang diminta membuat
laporan atau menulis tugas, mereka juga mendemontrasikan apa yang telah mereka
ketahui dan pahami dari buku dan dituangkan kedalam bentuk tulisan mereka.
Selanjutnya, Ur (1996) menyatakan bahwa
menulis merupakan keseimbangan antara isi dan bentuk. Artinya, menulis itu
berhubungan erat dengan bagaimana penggunaan dan pemilihan kata, penggunaan
tata bahasa yang tepat, mekanisme tulisan, dan menyatukan gagasan dan ide.
Sebagai
alat untuk menyampaikan ide/pikiran, ketrampilan menulis perlu diajarkan sejak
dini mungkin. Hal ini dikarenakan menulis merupakan sarana unutk memperjelas
konsep yang mereka telah peroleh, juga berguna untuk menyampaikan pengalaman
mereka, untuk berbagi pengalaman dan juga bermanfaat untuk melamar pekerjaan.
2. Pendekatan Proses Dalam Pembelajaran
Menulis
Ketrampilan menulis merupakan satu kesatuan proses yang dimulai dari
menemukan ide, mengembangkan dan mengorganisir ide tersebut yang kemudian
dengan kegiatan perbaikan/ revisi (Gardner, 2005: 111). Dengan demikian untuk
menciptakan tulisan yang baik membutuhkan proses panjang yang melibatkan
beberapa kegiatan. Hal ini tentu memerlukan waktu dan praktek yang cukup.
Berhubungan dengan proses
menulis Tribble (1996:39) menyatakan bahwa proses menulis, dikenal dengan
itilah pendekatan proses, mencakup lima tahapan utama: melakukan kegiatan awal
(pre-writing), membuat draft tulisan (drafting), merevisi (revising),
mengedit (editing), dan
yang terakhir menerbitkan (publishing).
Adapun penjelasan dari masing-masing tahapan menulis
diatas dapat dijabarkan sebagaimana berikut:
2.1
Pre-writing
Pre-writing merupakan bagian penting dalam proses
menulis. Pada tahap ini siswa memulai langkah awal proses menulis. Siswa memulai
dengan menyiapkan ide dan gagasan tentang topik tulisan. Menurut Smalley dkk (2001: 3) pada tahapan ini
siswa menggunakan waktunya untuk memikirkan topik dan gagasan umumnya.
Kadang-kadang pada fase ini siswa merasa kesulitan bahkan frustasi karena tidak
mendapatkan ide tentang topik yang dibahas. Beberapa tehnik bisa dilakukan
untuk menyelesaikan masalah ini seperti brainstorming, mind mapping, atau
dengan pertanyaan 5W1H. Hal ini bisa menstimulasi siswa fokus pada penemuan ide
dan gagasan dalam memulai menulis.
Menurut Seow (2002: 316) dengan
menggunakan pertanyaan who, why, what, where, when and how akan membantu siswa lebih cepat menemukan ide dan gagasan dalam membuat
karangan terutama jenis teks narative,
recount, descriptive dan discussion.
Pada kegiatan pre-writing siswa akan lebih cepat
berkonsentrasi dalam menyusun kerangka tulisan (Smalley, et al., 2001: 3). Kerangka
karangan dalam ketrampilan menulis memiliki dua fungsi yakni (1) memetakan
susunan tulisan terutama sesuai jenis teks yang dikehendaki dan (2) menjadi
acuan penulisan untuk dikembangkan (Sharples, 1999: 74).
2.2 Drafting
Ketika siswa
telah menemukan gagasan dan ide dalam tahapan pre-writing, mereka perlu menulis
semua gagasan tersebut dalam bentuk draft awal. Menurut Gardner (2005: 111) dalam tahap
drafting siswa memulai menyampaikan dan mengembangkan ide dan gagasan nya.
Siswa lebih konsentrasi dan fokus pada isi gagasan dan hubungan antar ide yang telah
dirancang.
Pada fase drafting
siswa diminta untuk menuliskan idenya tanpa khawatir akan kesalahan susunan
tata bahasa dan kerapian (Roe,
et al., 1995: 357). Siswa lebih ditekankan pada isi gagasan/ide nya daripada
ketatabahasaannya.
2.3 Revising
Drafting bukan merupakan
akhir dalam proses menulis. Draft awal tulisan merupakan awal tulisan. Setelah
menyusun draft siswa diminta untuk merivisi. Kegiatan revisi mempunyai peran
penting dalam proses menulis (Seow,
2002: 317). Revisi draft awal tulisan siswa bisa dilakukan oleh guru atau oleh teman
sebaya/peers. Dalam proses revisi guru atau teman sebaya bisa memberikan lembar
checklist untuk revisi pada draft yang mereka baca.
Menurut Gardner (2005: 119) tahap revisi
melibatkan proses mengkaji ulang isi tulisan serta memperjelas isi ide/gagasan
dan susunan teksnya yang meliputi pilihan kata, kalimat, hubungan antar
paragraf, serta karangan secara utuh. Revisi bukan sekedar untuk mengecheck
kesalahan tatabahasa/grammar tapi lebih dari itu juga untuk melihat
isi/content, koherensi, kesatuan ide, dan struktur tulisan sehingga ide penulis
lebih jelas dan bisa dipahami pembaca (Seow, 2002: 317).
2.4 Editing
Ketika draft awal
yang telah direvisi telah sesuai dengan isi, kejelasan ide, kesatuan
danpengembangan gagasan, koherensi, dan struktur teks nya, siswa bisa
melanjutkan fase berikutnya dalam tahapan menulis yakni editing. Menurut Ferris
(2002:328) kegiatan editing lebih mengacu pada pembenahan/perbaikan pada
kesalahan tata bahasa, ejaan kata, dan mekanisme tulisan menjadi hasil akhir
tulisan. Pendapat ini juga didukung Gebhard (1996:230) yang menyatakan bahwa
proses editing merupakan tugas individu yang ditekankan pada perbaikan
kesalahan tata bahasa, tanda baca, ejaan kata, mekanisme dan pilihan kata.
Gardner (2005:
122) menyampaikan bahwa point penting dalam tahap editing bukan pada
menghasilkan karya tulis yang sempurna tapi lebih ditekankan agar maksud dari
tulisan itu lebih bisa tangkap pembaca dan bahasa nya lebih mudah dipahami dan
enak dibaca. Dengan demikian sebagaimana pendapat-pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa fase editing dalam proses menulis sangat penting.
2.5
Publishing
Publishing merupakan tahapan terakhir dalam proses menulis. Tribble
(1996:103) menyatakan bahwa fase publishing menjadi bagian penting dimana
penulis memutuskan untuk mengakhiri kegaiatan menulisnya. Dalam tahap
publishing siswa memiliki kesempatan untuk membagi hasil karya tulisannya ke
pembaca baik teman kelas, guru, orang tua, atau orang lain yang tidak terlibat
dalam proses pembelajaran. Fase
publishing ini bisa memotivasi siswa untuk terus menulis. Tahapan publishing
bisa dilakukan dengan cara siswa diminta membaca dengan suara keras didepan
kelas, ditempel dimading, dimuat dibuletin sekolah atau di web sekolah (Cox,
1999: 327).
Dari penjabaran
diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan-tahapan dalam proses menulis sangat
penting. Penekanan pada proses (proses oriented) akan menghasilkan sebuah
tulisan yang baik. Pembelajaran menulis harus ditekankan pada prosesnya dari
pada hasilnya. Proses yang baik dalam kegaiata menulis akan menghasilkan
tulisan yang menarik bagi pembaca baik dari sisi isi, pilihan kata, hubungan
antar paragraf, tata bahasa dan tanda bacanya.
3. Media Sosial dalam Pembelajaran
3.1. Definisi Media Sosial
Blogs, Twitter,
Facebook, Pinterest, Redit, Google+, dan LinkedIn adalah contoh dari media
sosial atau dalam bahasa Inggris-nya disebut sebagai social media. Definisi
Social Media dalam investopedia adalah sebagi berikut:
“Internet-based
software and interfaces that allow individuals to interact with one another,
exchanging details about their lives such as biographical data, professional
information, personal photos and up-to-the-minute thoughts.”
Maksud dari definisi tersebut adalah Media Social
merupakan software berbasis internet yang dapat memfasilitasi penggunanya untuk
berinteraksi satu sama lain, saling bertukar data pribadi secara lengkap atau
informasi pekerjaan, foto pribadi, atau apa yang sedang dipikirkan saat itu
juga. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai “sebuah aplikasi berbasis internet yang dibangun berbasis teknologi Web 2.0, dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content”. Tulisan Andreas Kaplan dan Michael Haenlein tentang Media sosial tersebut dapat dibaca
dalam wikipedia.
3.2. Pemanfaatan Facebook Sebagai Media
Pembelajaran
Facebook merupakan situs
web jejaring sosial popular yang memungkinkan para penggunanya dapat menambah
foto, kontak, atau informasi personil lainnya dan dapat bergabung dalam
komunitas untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan pengguna lainnya. Facebook didirikan oleh Mark
Zuckerberg pada tangal 4 Februari 2004.
Awalnya
penggunaan facebook hanya diperuntukkan bagi mahasiswa dari Harvard
College. Kemudian diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston, Rochester,
Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy Leagu.
Kemudian banyak perguruan tinggi yang kemudian ditambahkan berturut-turut dalam
kurun waktu setahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki
surat-e suatu universitas dapat bergabung dengan situs jejaring sosial
tersebut. Pada September 2006, facebook mulai membuka pendaftaran
bagi siapa saja yang memiliki alamat e-mail.
Saat ini
pelajar lebih tertarik dengan penggunaan teknologi-teknologi yang sedang
berkembang saat ini. Hal inilah yang menjadi kelebihan pengaplikasian
penggunaan facebook sebagai media pembelajaran. Karena dengan menggunakan
facebook yang akhir-akhir ini sedang di puncak kepopularitasannya menjadi
jejaring sosial yang sangat digemari para pelajar, peserta didik menjadi sangat
tertarik dengan materi yang disampaikan lewat facebook. Karena setiap peserta
didik sudah memiliki facebook dan sangat aktif dalam penggunaan facebook hal
ini dapat memperlancar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan facebook
sebagai perantaranya (Sindang: 2013).
Pemilihan
media pembelajaran oleh pendidik secara tepat juga dapat menambah keefektifan
proses pembelajaran, karena pemilihan media pembelajaran yang menarik dapat
menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi peserta didik, akan mempermudah
terjadinya proses pembelajaran itu sendiri,dan dapat menjadikan peserta didik
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan media pembelajaran juga terjalinnya komunikasi antara pendidik dan
peserta didik. Selain itu, Sanjaya (2006:173) mengemukakan bahwa media
pembelajaran harus sesuai dengan materi pembelajaran. Maka dari itu tidak
selamanya facebook dapat dijadikan sebagai media dalam setiap proses
pembelajaran.
Dari
penjelasan teori diatas, maka facebook dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran dengan memanfaatkan fitur-fiturnya. Adapun fitur yang dipakai
peneliti dalam penelitian ini adalah fitur facebook group. Setiap pengguna facebook dapat
mempergunakan,membuat dan bergabung pada sebuah group, tentunya dalam hal ini
group facebook dalam kajian-kajian keilmuan, study club, dan komunitas
peserta didik. Mencantumkan link soal latihan di facebook yang mengarah ke blog
guru mata pelajaran. Sehingga selain siswa bisa belajar tentang materi soal
pelajaran, blog guru tersebut juga akan kebanjiran pengunjung yang tidak lain
adalah para siswanya sendiri.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas
(classroom
action research), karena penelitian dilakukan untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran
diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan
ini guru bertindak sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian
tindakan. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil
pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai
dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian ini
dilaksanakan selama 1 bulan mulai Tanggal Senin, 1 Nopember sampai dengan Rabu,
4 Desember 2013. Pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas XII IPA 3 semester ganjil MAN Jombang Tahun
Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 32
siswa yaitu 9
laki-laki dan 23
perempuan.
Sesuai dengan jenis
penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (1998) yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
Penggunaan metode dan alat pengumpul data yang tepat
memungkinkan diperolehnya data yang obyektif. Adapun data yang
diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, catatan lapangan
dan portofolio .
1.
Observasi
Penilaian proses
atau pengamatan langsung dalam setiap tatap muka waktu penyampaian materi
untuk mengetahui kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran di kelas.
2.
Catatan Lapangan
Untuk memperoleh
data secara obyektif yang tidak tertekan
dalam lembar observasi mengenai hal-hal yang terjadi. Selama proses pembuatan
catatan lapangan bertujuan untuk melengkapi data hasil observasi, catatan lapangan
ini dapat berupa perilaku siswa maupun permasalahan yang dapat dijadikan
pertimbangan.
3.
Portofolio
Portofolio digunakan untuk
merekam hasil kerja siswa pada setiap pertemuan dalam pembelajaran writing.
Hasil kerja siswa pada setiap pertemuan dikumpulkan pada akhir pertemuan
sedangkan hasil akhir tulisan dikumpulkan setelah langkah-langkah dalam satu
siklus selesai. Portofolio siswa terdiri dari 3 lembar kerja.
Untuk
mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap
kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk
menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi pada
hasil tulisan siswa selama proses menulis. Analisis ini dihitung
dengan menggunakan statistik sederhana berdasarkan rubrik penilaian yang telah disusun.
Adapun indikator
kinerja yang telah ditentukan penulis dalam penelitian ini meliputi : (1) keaktifan
siswa mencapai minimal kriteria baik, (2)secara individu siswa mencapai nilai
minimal 80 sebagaimana KKM, (3) secara klasikal 85 % siswa mencapai
nilai minimal 80 sesuai dengan KKM yang ditentukan di MAN Jombang.
D. Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil
observasi tentang keaktifan siswa selama proses KBM pada siklus I
mencapai skor 72,37 dengan kriteria baik. Pada siklus II sudah mencapai
skor 78,95 dengan kriteria sangat baik. Sebagaimana indikator kinerja dapat
disimpulkan bahwa keaktifan siswa telah memenuhi indikator yang ada.
Adapun perolehan
hasil belajar siswa pada siklus I telah mencapai rata-rata kelas 80.99 dan siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 18 siswa atau 56.3% dan sisanya sebanyak 14 siswa atau 43.7%
belum tuntas. Pada siklus II perolehan hasil belajar siswa telah terjadi
peningkatan. Nilai rata-rata kelas dalam siklus II ini 83.46. Sedangkan siswa
yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 28 siswa atau 87.5%
dan sisanya sebanyak 4 siswa atau 12.5% belum tuntas.
E. Pembahasan Penelitian
1.
Pengelolaan Kelas Oleh guru
Sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran yang tertera dalam RPP siklus II diketahui bahwa pemanfaatan media sosial facebook dalam pembelajaran
menulis dengan pendekatan proses meliputi:
Pre-writing
1.
Beberapa hari sebelum pembelajaran
writing, guru menuliskan topic diskusi didinding group facebook kelas atau
group yang dibuat khusus oleh guru.
2.
Guru meminta semua siswa kelas itu
bergabung digroup
3.
Guru meminta siswa memberikan
komentar dan batas waktunya ditentukan.
4.
Pada waktu pembelajaran menulis guru meminta siswa
mengelompokkan komentar siswa kedalam kelompok pro dan kontra
5. Siswa diminta memilih beberapa
alasan yang paling sesuai dan mengeliminasi/menghilangkan yang tidak perlu.
6.
Guru mengajarkan cara membuat judul
tulisan, menyusun paragraf pembuka, dan paragraf penutup,
7.
Guru mengajarkan cara menghubungkan
paragraf yang kontras/berlawanan dengan kata penghubung on the other hand,
however, on the contrary, in contrast dll.
Drafting
8.
Guru meminta masing-masing siswa
membuat judul tulisan
9.
Guru meminta masing-masing siswa
membuat paragraf pembuka dari topic yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.
10. Siswa menyusun kembali pendapat yang pro dan kontra dalam bentuk paragraf
dengan memperhatikan kata penghubung antar paragraf, tata bahasa, dan ejaan
kata.
11. Guru meminta masing-masing siswa membuat paragraf penutup dari topic yang
dibahas.
Revising
12. Guru membagi panduan mengoreksi tulisan temannya kepada masing-masing siswa
dan menjelaskan cara mengoreksinya.
13. Guru meminta siswa menukarkan hasil tulisannya dengan teman nya untuk
dikoreksi.
14. Guru meminta masing-masing siswa memberikan feedback tulisan temannya
berdasarkan panduan yang mereka pegang.
15. Setelah selesai mengkoreksi dan memberikan feedback hasil kerja siswa
dikembalikan kepemiliknya beserta lembar panduan.
Editing
16. Guru meminta siswa memperbaiki draft
awal tulisan mereka dengan memperhatikan feedback dari temannya.
17. Dalam memperbaiki draft awal tulisan siswa juga diminta memperhatikan tata
bahasa, spelling, dan tanda baca.
18. Guru meminta masing-msing siswa membaca sekali lagi tulisan mereka dengan
seksama dan memperbaikinya jika dirasa perlu.
Publishing
19. Guru meminta siswa mengumpulkan hasil tulisannya.
20. Guru meminta salah satu siswa membaca tulisannya didepan kelas dengan suara
lantang.
2.
Keaktifan Siswa
Dalam Proses Pembelajaran
Adapun hasil analisa
data observasi diketahui bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
menulis pada siklus I sudah mencapai kriteria baik yakni mencapai skor 72,37. Sedangkan
pada siklus II sudah mencapai kriteria sangat baik yakni
mencapai skor 78,95 maka sebagaimana capaian skor tersebut diketahui bahwa keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan pada siklus II sebesar
6,59. Hal ini bisa digambarkan pada grafik sebagai berikut :
Grafik 1
: Grafik hasil
analisa keaktifan siswa selama KBM
3.
Hasil belajar
siswa.
Sebagaimana paparan data hasil
belajar siswa pada siklus I diketahui rata-rata
kelas dalam siklus I ini 80.99. Adapun siswa yang telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 18 siswa atau 56.3% dan sisanya sebanyak 14 siswa
atau 43.7% belum tuntas. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas 83.46 dan siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 28 siswa atau 87.5% dan sisanya sebanyak 4 siswa atau 12.5%
belum tuntas.
Dari data diatas bisa
disimpulkan bahwa rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar hasil belajar 2.47 poin. Adapun
ketuntatasan siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 31,2 % . Hal ini bisa
digambarkan dengan
grafik berikut ini:
Grafik 2: Grafik perolehan rata-rata kelas dan ketuntasan
siswa
F. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan paparan yang
telah diuraikan diatas
dapat diberikan beberapa simpulan, sebagai berikut :
1.
Pembelajaran menulis dengan
memanfaatkan media sosial facebook sebagai sarana pembelajaran dapat membantu
guru dalam menyelesaikan masalah pengajaran menulis.
2.
Pembelajaran menulis seharusnya
menggunakan pendekatan proses dengan 5 tahapan; Pre-Writing, Drafting,
Revising, Editing, dan Publishing dengan memperhatikan langkah-langkah berikut:
Pre-writing
- Beberapa hari sebelum pembelajaran writing, guru menuliskan topic diskusi
di dinding group facebook kelas atau group yang dibuat khusus oleh guru.
- Guru meminta semua siswa kelas itu bergabung digroup
- Guru meminta siswa memberikan komentar dan batas waktunya ditentukan.
- Pada waktu pembelajaran menulis guru meminta siswa mengelompokkan
komentar siswa kedalam kelompok pro dan kontra
- Siswa diminta memilih beberapa alasan yang paling sesuai dan mengeliminasi/
menghilangkan yang tidak perlu.
- Guru mengajarkan cara membuat judul tulisan, menyusun paragraf pembuka, dan
paragraf penutup,
- Guru mengajarkan cara menghubungkan paragraf yang kontras/berlawanan dengan
kata penghubung on the other hand, however, on the contrary, in contrast dll.
Drafting
-
Guru meminta masing-masing siswa
membuat judul tulisan
-
Guru meminta masing-masing siswa
membuat paragraf pembuka dari topic yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.
-
Siswa menyusun kembali pendapat yang
pro dan kontra dalam bentuk paragraf dengan memperhatikan kata penghubung antar
paragraf, tata bahasa, dan ejaan kata.
-
Guru meminta masing-masing siswa
membuat paragraf penutup dari topic yang dibahas.
Revising
-
Guru membagi panduan mengoreksi
tulisan temannya kepada masing-masing siswa dan menjelaskan cara mengoreksinya.
-
Guru meminta siswa menukarkan hasil
tulisannya dengan teman nya untuk dikoreksi.
- Guru meminta masing-masing siswa
memberikan feedback tulisan temannya berdasarkan panduan yang mereka pegang.
- Setelah selesai mengkoreksi dan
memberikan feedback hasil kerja siswa dikembalikan kepemiliknya beserta lembar
panduan.
Editing
- Guru meminta siswa memperbaiki draft awal
tulisan mereka dengan memperhatikan feedback dari temannya.
-
Dalam memperbaiki draft awal tulisan
siswa juga diminta memperhatikan tata bahasa, spelling, dan tanda baca.
- Guru meminta masing-msing siswa
membaca sekali lagi tulisan mereka dengan seksama dan memperbaikinya jika
dirasa perlu.
Publishing
-
Guru meminta siswa mengumpulkan
hasil tulisannya.
- Guru meminta salah satu siswa
membaca tulisannya didepan kelas dengan suara lantang.
3.
Pembelajaran menulis dengan
memanfaatkan facebook sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
4.
Pemanfaatan media facebook dalam
pembelajaran menulis
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam ketrampilan menulis jenis teks
discussion.
2. Saran.
Berdasarkan kesimpulan yang
diperoleh dalam penelitian ini peneliti menyarankan untuk meningkatkan kemampuan
pembelajaran menulis teks jenis discussion untuk kelas XII guru dapat
memanfaatkan media sosial facebook karena hampir semua siswa sudah mempunyai
akun facebook dan masing-masing kelas biasanya sudah mempunyai group facebook.
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar.
2000. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Konteks
Persaingan Global. Bandung: Andira.
Byrne, D. 1984. Teaching Writing
Skill. London: Longman Group UK Limited Company.
Cox, C. 1999. Teaching Language Arts: A Student-and
Response-Centered Classroom. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Depdiknas. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan Tingkat Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Peraturan Mendiknas No.
22, No. 23, dan No. 24 Tahun 2006 (Edisi Lengkap). Jakarta: PT. Binatama Raya.
Duin, Ann Hill. 1986. "Implementing Cooperative Learning
Groups in the Writing Curriculum." Journal of Teaching Writing 5: 315-24.
Ferris, D. 2002.
Teaching Students to Self-Edit. In J. C. Richards, & W. A. Renandya (Eds.),
Methodology in Language Teaching: An
Anthology of Current Practice (pp. 328-334). Cambridge: Cambridge
University Press.
Gardner, P. S.
2005. New Directions: Reading, Writing,
and Critical thinking. Second Edition. Cambridge: Cambridge University
Press.
Gebhard, G. J.
1996. Teaching English as a Foreign or
Secong Language: A Teacher Self-Development and Methodology Guide.
Michigan: The University of Michigan Press.
Harmer, J. 2004. How to Teach Writing. Essex:
Pearson Education.
Kaplan, Andreas, & Haenlein,Michael in www.iaee.com/resources/social_media_resources diakses 2 Nopember 2013
Kemmis, S., &
McTaggart, R. 1988. The Action Research
Planner. Deakin: Deakin University Press.
Roe, B. D.,
Stoodt, B. D., & Burns, P. C. 1995. The
Content Areas: Secondary Reading Instruction. Fifth Edition. Boston:
Houghton Mifflin Company.
Seow, A. 2002.
The Writing Process and Process Writing. In J. C. Richards, & W. A.
Renandya (Eds.), Methodology in Language
Teaching: An Anthology of Current Practice (pp. 315-320). Cambridge:
Cambridge University Press.
Sharples, M.
1999. How We Write: Writing as Creative
Design. London and New York: Routledge, Taylor & Francis Group.
Sindang, Ennoch. 2013.
Manfaat Media Sosial Dalam Ranah Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat
KNPK
Smalley, R. L.,
Reutten, M. K., & Kozyrev, O. R. 2001. Refining
Composition Skills: Rhetoric and Grammar. Fifth Edition. Boston: Heinle
& Heinle Publishers
Stone, J. M. 1990. Cooperative
Learning and Language Arts: A Multi-Structural Approach. California:
Resources for Teachers.
Tribble, C. 1996.
Writing. Oxford. Oxford University
Press.
Ur, Penny.
1996. A Course in Language Teaching: Practice and Theory. Cambridge:
Cambridge University Press.